BekasiUpdate.id - Praktisi pendidikan Bekasi M. Shalahuddin memberikan opsi dalam membangun karakter siswa dengan cara memberikan pendidikan di dalam keluarga. Pasalnya keluarga menjadi tonggak pertama dalam menciptakan suasana yang aman bagi anak dalam tumbuh kembangnya.
Pernyataan itu disampaikan Shalah kepada BekasiUpdate.id pada Jumat (2/5) dalam momen Hari Pendidikan Nasional 2025 sekaligus menyikapi program kebijakan Gubernur Jawa Barat memberikan pendidikan militer terhadap siswa yang memiliki permasalahan sosial .
Sholeh menjelaskan, progam pendidikan militer ala KDM dapat dilihat dari berbagai sisi. Menurutnya, tidak semua siswa memiliki ketertarikan dengan pendidikan dunia militer. Apabila dipaksa maka harus dilihat dengan kondisi psikis dan psikologi anak.
"Kalau usia SMP atau SMA, mereka yang tidak memiliki tertarik dengan dunia militer kita juga harus jeli. Dan ini dikhawatirkan mengikuti pendidikan disana, anak tambah parah. Bukan kita tidak setuju dengan program pak Dedi Mulyadi," jelas Shalah.
Ia memberikan opsi, alangkah bijaknya kerja sama yang dilakukan yakni diarahkan pendidikan untuk keluarga. Karena permasalahan itu, terkadang berasal dari lingkungan terdekat atau keluarga.
"Katakan, tadi ketika berada disekolah itu ranahnya sekolah untuk memberikan bimbingan. Ketika ada dirumah, inilah edukasi-edukasi sangat penting buat keluarga untuk memberikan arahan ketika anak berada dirumah," papar Shalah.
"Mungkin itu adalah solusi-solusi jelas, terkahir buat anak kita. Karena kita khawatir, takutnya anak disana menjadi lebih tertekan. Malah anak akan meluap-luap kontrol emosinya," sambung Shalah.
Ia menjelaskan, permasalahan kenakalan remaja seperti tawuran dan penyalahgunaan narkoba harus terukur dicarikan solusi terbaik. "Jangan sampai anak-anak masuk ke dunia militer, justru akan menjadi masalah baru. Muncul anak-anak yang secara psikologi - psikis malah menjadi tidak sehat. Kita sebenarnya khawatir ini," tandasnya.
Lantas bagaimana dengan pendidikan keluarga itu? Mahasiswa yang sedang menempuh S3 di UIN Bandung ini menjelaskan, pendidikan keluarga itu adalah melibatkan seluruh unsur anggota keluarga untuk membangun kebersamaan didalam rumah. Misalnya membuat aturan yang disepakati secara bersama, sehingga anak dilibatkan dalam setiap keputusan.
"Contohnya, anak tidak keluar malam. Aktif dilingkungan kemasyarakatan atau masjid. Memang pembiasaan itu tidak dapat dilakukan instan karena butuh proses dan kesabaran," ujar Shalah.
Disisi lain, Shalah juga melihat adanya konsep harus terukur yang dimiliki Dedi Mulyadi dalam mencanangkan pendidikan militer kepada anak-anak yang memiliki permasalahan sosial. "Kita ingin lihat konsepnya apa saja dan tertuang dalam legalitas formal," tandasnya.